Sesungguhnya seseorang yang sakit berkepanjangan adalah karena orang tersebut mengkonsumsi sesuatu yang membahayakan dirinya. Terkadang dia mengkonsumsinya karena lalai akan efek samping yang ditimbulkan, terkadang pula karena shahwat yang terlalu berlebihan.
Seseorang yang merasakan sakit karena mengkonsumsi makanan yang membahayakan, maka terapi penyembuhannya adalah dengan selalu merasakan dan memikirkan betapa besar bahaya makanan yang dia konsumsi dan berupaya menjauhkan makanan tersebut dari pandangan matanya dan berupaya melupakan segala hal yang bisa menyebabkan dia mengingatnya dan menambah bahaya dalam dirinya. Kemudian dia harus sabar dari kekhawatiran akan rasa sakit yang dia temui saat dia meninggalkan makanan tersebut (mungkin kita bisa membayangkan kegelisahan perokok ketika belajar meninggalkan rokok) Dia harus berupaya menguatkan diri dari pahitnya kesabaran.
Begitu juga seseorang yang ingin menyembuhkan diri dari shahwat melakukan maksiat, seperti seorang remaja yang tidak mampu menahan kuatnya shahwat maka dia tidak mampu menjaga matanya (dari melihat segala yang diharamkan) dan tidak mampu menjaga hatinya atau anggota badannya dalam menuruti shahwatnya.
Maka sebaiknya dia menumbuhkan perasaaan akan bahaya dosa yang dia lakukan, dengan selalu berupaya mengkaji hal-hal yang menakutkan akibat perilaku dosa sebagaimana disebutkan dalam al Quran maupun al Hadits. Ketika rasa takut akan akibat perilaku dosa itu menyelimuti dirinya maka dia akan berusaha menjauhkan diri dari hal-hal yang menggerakkan shahwatnya dari faktor internal maupun eksternal dan melihat faktor eksternal itu.
obat dari itu semua adalah lari dan uzlah (menyendiri). ketika rasa nikmat dari maksiat atau makanan yang membahayakan diri muncul, maka dia harus berupaya lapar dan puasa dengan puasa yang sesungguhnya (tidak sekedar meninggalkan makan). Semua obat itu tidak mungkin menjadi sempurna kecuali dengan sabar. Namun seseorang tidak akan mampu sabar kalau tidak memiliki rasa takut (pada hal yang membahayakan kesehatan/akibat dosanya), rasa takut juga tidak akan muncul kecuali dengan ilmu pengetahuan, rasa tahu tidak akan muncul kecuali dengan terbukanya mata hati, berfikir atau mendengar dan mengikuti (nasehat). Maka salah satu cara membuka mata hati adalah memperbanyak hadir dimajelis dzikir (yang tidak sekedar membaca wirid tetapi didalamnya ada pengajian) yang sarat nasehat dan berupaya mendengarkan dengan hati yang bersih, juga memikirkannya untuk menambah kefahaman dan menyempurnakan kefahamannya dengan menumbuhkan rasa takut (pada Allah dan efek penyakit), maka dengan bantuan rasa takut itu dia akan sabar dan berusaha menyembuhkan diri dari penyakit makanan maupun maksiat. Terpenting pula pertolongan Allah, karena pertolongan Allah adalah berharga dan jarang.
Barangsiapa mencurahkan dirinya dalam berupaya condong pada kebaikan, menumbuhkan rasa takut, berharap pahala, membenarkan segala kebaikan maka Allah akan memudahkannya untuk mendapat kelonggaran. Namun barangsiapa yang kikir dari berbuat baik, membohongkan segala kebaikan maka Allah akan memudahkannya untuk selalu mendapat kesulitan. Maka janganlah puas dengan kenikmatan dunia karena dia akan merusak, sesungguhnya Bagi Allah sajalah akhirat dan dunia.
Seseorang yang merasakan sakit karena mengkonsumsi makanan yang membahayakan, maka terapi penyembuhannya adalah dengan selalu merasakan dan memikirkan betapa besar bahaya makanan yang dia konsumsi dan berupaya menjauhkan makanan tersebut dari pandangan matanya dan berupaya melupakan segala hal yang bisa menyebabkan dia mengingatnya dan menambah bahaya dalam dirinya. Kemudian dia harus sabar dari kekhawatiran akan rasa sakit yang dia temui saat dia meninggalkan makanan tersebut (mungkin kita bisa membayangkan kegelisahan perokok ketika belajar meninggalkan rokok) Dia harus berupaya menguatkan diri dari pahitnya kesabaran.
Begitu juga seseorang yang ingin menyembuhkan diri dari shahwat melakukan maksiat, seperti seorang remaja yang tidak mampu menahan kuatnya shahwat maka dia tidak mampu menjaga matanya (dari melihat segala yang diharamkan) dan tidak mampu menjaga hatinya atau anggota badannya dalam menuruti shahwatnya.
Maka sebaiknya dia menumbuhkan perasaaan akan bahaya dosa yang dia lakukan, dengan selalu berupaya mengkaji hal-hal yang menakutkan akibat perilaku dosa sebagaimana disebutkan dalam al Quran maupun al Hadits. Ketika rasa takut akan akibat perilaku dosa itu menyelimuti dirinya maka dia akan berusaha menjauhkan diri dari hal-hal yang menggerakkan shahwatnya dari faktor internal maupun eksternal dan melihat faktor eksternal itu.
obat dari itu semua adalah lari dan uzlah (menyendiri). ketika rasa nikmat dari maksiat atau makanan yang membahayakan diri muncul, maka dia harus berupaya lapar dan puasa dengan puasa yang sesungguhnya (tidak sekedar meninggalkan makan). Semua obat itu tidak mungkin menjadi sempurna kecuali dengan sabar. Namun seseorang tidak akan mampu sabar kalau tidak memiliki rasa takut (pada hal yang membahayakan kesehatan/akibat dosanya), rasa takut juga tidak akan muncul kecuali dengan ilmu pengetahuan, rasa tahu tidak akan muncul kecuali dengan terbukanya mata hati, berfikir atau mendengar dan mengikuti (nasehat). Maka salah satu cara membuka mata hati adalah memperbanyak hadir dimajelis dzikir (yang tidak sekedar membaca wirid tetapi didalamnya ada pengajian) yang sarat nasehat dan berupaya mendengarkan dengan hati yang bersih, juga memikirkannya untuk menambah kefahaman dan menyempurnakan kefahamannya dengan menumbuhkan rasa takut (pada Allah dan efek penyakit), maka dengan bantuan rasa takut itu dia akan sabar dan berusaha menyembuhkan diri dari penyakit makanan maupun maksiat. Terpenting pula pertolongan Allah, karena pertolongan Allah adalah berharga dan jarang.
Barangsiapa mencurahkan dirinya dalam berupaya condong pada kebaikan, menumbuhkan rasa takut, berharap pahala, membenarkan segala kebaikan maka Allah akan memudahkannya untuk mendapat kelonggaran. Namun barangsiapa yang kikir dari berbuat baik, membohongkan segala kebaikan maka Allah akan memudahkannya untuk selalu mendapat kesulitan. Maka janganlah puas dengan kenikmatan dunia karena dia akan merusak, sesungguhnya Bagi Allah sajalah akhirat dan dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar