Apa yang Ada Setelah Kematian
Seperti air laut yang dalam, jernih dan tidak bergelombang; demikian pula orang bijaksana menjadi tenang dan tenteram setelah mendengarkan Dhamma
(Dhammapada VI:7)
Seperti air laut yang dalam, jernih dan tidak bergelombang; demikian pula orang bijaksana menjadi tenang dan tenteram setelah mendengarkan Dhamma
(Dhammapada VI:7)
Apakah yang ada setelah kematian? Apakah seorang ‘aku’ akan musnah seutuhnya?, atau apakah ‘aku’ akan tetap abadi di neraka atau surga? Ajaran Buddha berada di tengah-tengah titik ekstrim ini. Si ‘aku’ akan ‘hilang’ tapi tidak ‘hilang’, dan ‘aku’ akan berada di suatu alam kehidupan, dan surga atau neraka hanya salah satu kemungkinan. Proses yang rumit dan saling berkaitan dengan faktor-faktor lainnya ini diatur dalam konsep Rebirth.
Dengan adanya kelahiran kembali, seorang umat Buddha percaya bahwa hidup ini hanya merupakan salah satu episode dari tak terhitung banyaknya kisah-kisah hidup. Seseorang akan terus dilahirkan kembali pada alam kehidupan tertentu dengan jangka waktu tertentu selama kesadaran yang berasal dari energi mental Karma orang tersebut masih ada.
Konsep ini memberikan jawaban atas banyak kejanggalan yang dipertanyakan orang orang dalam hidup. Di dunia ini, walaupun sedikit, kita sering mendengar kabar tentang orang-orang yang mempunyai kemampuan lebih pada usia yang sangat muda. Ma Hla Gyl, misalnya, pada saat berumur 6 tahun bisa membaca, memahami dan menghafal bahasa pali dengan tepat, dan ini tanpa bantuan dan ajaran siapapun. Ver Cruz dari Mexico telah menjadi penyembuh yang hebat dengan resep dari tanaman saat ia berumur 7 tahun.
Selain kasus orang-orang muda dengan talenta luar biasa, juga terdapat beberapa orang yang masih mempunyai ingatan terhadap kehidupan lalunya. Seorang wanita Inggris pernah menceritakan tentang anaknya, David kepada Dr. Leslie Weatherhead, seorang psikolog. David diceritakan dapat mengingat 3 kehidupan lampaunya di tempat-tempat yang berbeda, yaitu: Inggris, Prancis dan Roma sebagai orang yang berbeda pula. Gnanatilaka, asal Srilanka, pada saat berusia 4½ terus mengatakan ia hendak bertemu dengan orang tua ‘asli’nya padahal ibu yang melahirkannya dan ayahnya jelas-jelas berada di depannya. (Dhammananda, 1981).
Kita sendiri juga mempunyai kemampuan untuk merasakan hal itu, walaupun tidak sepenuhnya. Pernahkan anda berada di tempat yang baru pertama kali Anda kunjungi tapi Anda merasa sudah pernah mengunjunginya? Pernahkah Anda berbicara dengan seseorang seolah-olah sudah lama mengenalnya?
Hal menarik lainnya dari Rebirth adalah semakin banyaknya fakta-fakta yang mendukung akan konsep ini, selain kejanggalan-kejanggalan yang telah dikemukakan sebelumnya. Yang Mulia Sri Dhammananda mengatakan dalam bukunya “What Buddhist believe� bahwa konsep Rebirth bukan hanya sekedar teori tapi adalah suatu fakta yang telah diverifikasi. Hukum ini berlaku universal dan tidak mungkin bisa memilih-mililh personil sehingga berlaku untuk siapa saja, baik yang percaya ataupun tidak, baik yang beragama atau tidak, dimanapun itu. Pernyataan ini didukung oleh sejarah yang mengatakan bahwa banyak para filsuf terkemuka dunia yang percaya akan Rebirth: Plato bisa mengingat beberapa kehidupan lalunya; Origen, seorang filsuf Kristiani percaya akan Rebirth; Schopenhauer menyatakan selagi ada keinginan untuk hidup, pasti masih akan ada kehidupan berikutnya; dan sebagainya. Pada masa-masa sekarang, banyak ilmuwan, psikolog yang sangat tertarik akan konsep ini dan terus melakukan penelitian, seperti Dr. Ian Stevenson, ilmuwan Amerika dari University of Virginia yang telah meneliti tentang Rebirth sejak tahun 1961. Beliau telah menginvestasikan dan menganalisa 1200 tuntutan Rebirth, termasuk 170 kasus dari India sampai tahun 1981 yang lalu.
Pada salah satu Dhammadesana, Sang Buddha menyatakan bahwa ia telah mengalami puluhan, ratusan, ribuan dan tak terhitung banyaknya kehidupan. Beliau melihat bermacam-macam kondisi pada setiap kehidupan kembali yang sesuai dengan apa yang telah dilakukan pada kehidupan sebelumnya (Karma). Lahir dan Lahir ini dikatakan merupakan suatu lingkaran samsara. Tidak banyak yang dapat bebas dari lingkaran ini, seperti halnya para Buddha dan arahat yang berhasil mematahkan sebab dari kelahiran kembali.
Kematian
Berbicara tentang kematian, Yang Mulia Dhammananda menjelaskan bahwa sebenarnya setiap pikiran yang “tenggelam� setelah timbul terhitung sebagai suatu kematian. Berbeda halnya dengan pengertian manusia pada umumnya yang menyatakan berhentinya fungsi vital tubuh sebagai kematian. Dengan pikiran yang muncul dan tenggelam, manusia telah mengalami banyak kematian dan kelahiran, namun karena tetap dalam satu fisik yang sama, biasanya manusia tidak menggolongkannya sebagai suatu kematian. Hal ini memungkinkan sehubungan dengan konsep Anatta (no soul) yang menyatakan tidak adanya jiwa yang abadi, yang kekal. Ketika fisik tidak dapat berfungsi lagi, ia tidak dapat menampung arus kesadaran lagi. Namun selagi ada nafsu keinginan untuk terus hidup, arus kesadaran ini tidak akan musnah, melainkan akan ‘mencari’ fisik yang baru, hasil dari penggabungan sel telur wanita dan pria. Segala jenis nafsu keinginan, kehausan akan hidup dari fisik yang mati ini merupakan suatu bentuk energi dan sesuai dengan hukum kekekalan energi, energi tidak akan musnah tapi berubah menjadi bentuk lain. Energi ini akan memanifestisikan diri dalam bentuk kehidupan yang baru (kelahiran kembali). Dengan demikian, kematian hanya perpindahan menuju kelahiran kembali yang akan diikuti dengan perkembangan, pembusukan dan kematian yang lain kembali.
Proses kelahiran
Seperti yang dijelaskan pada Paticca Samupada, ketidaktahuan merupakan sebab awal dari kelahiran kembali. Ketidaktahuan menyebabkan ketidakmampuan untuk melihat segala sesuatu, termasuk diri sendiri, seperti apa adanya. Hal ini merupakan penghalang untuk mendapatkan pemahaman benar yang menimbulkan suatu bentuk pikiran bereaksi (sankara) untuk lahir kembali. Selama seseorang tidak dapat menghancurkan keinginan pada dirinya, ia akan terus mengalami lingkaran samsara. Bukanlah hal yang aneh jika seorang manusia mempunyai keinginan bahkan ambisi sendiri. Seringkali manusia mempunyai banyak inspirasi untuk melakukan hal-hal tertentu, namun tidak jarang merasa waktu tidak mencukupi untuk mencapai semuanya. ‘Sepasukan’ dari nafsu keinginan, keserakahan, egoisme dan ambisi ini saling mengisi diri manusia dan satu kali kehidupan aja tidak akan pernah memuaskan semua keinginan ini yang terus diperjuangkan manusia sampai saat kematiannya. Dari sinilah kekuatan keinginan akan kelahiran kembali muncul. Sankara tersebut akan menimbulkan suatu kesadaran (vinnana) akan kelahiran kembali yang bersamaan dengan ini akan terbentuk materi dan bathin (nama-rupa). Kehadiran materi dan bathin mencakup keenam indra manusia yang menyebabkan adanya kontak dengan lingkungan. Dengan demikian sensasi pasti akan muncul. Menyenangkan atau tidak menyenangkan, sensasi akan menyebabkan nafsu keinginan, keserakahan, kebencian dan sejenisnya yang akan menimbulkan kemelekatan (attachment). Kemelekatan akan menimbulkan becoming (bhava) yang mengkondisikan kelahiran kembali. Umur tua dan kematian akan mengikuti kelahiran, seperti biasanya.
Dengan mengambil contoh manusia, pada proses awal kelahiran, ada 3 faktor yang berperan: ayah, ibu dan salah satu jenis kesadaran, patishandi vinnana. Ayah dan ibu merupakan dua materi yang menyediakan lapisan pembentuk fisik dari manusia, sedangkan untuk lapisan mental merupakan hasil dari vinnana yang satu ini. Sang Buddha mengatakan bahwa ketiga hal ini harus tersedia pada proses menuju kelahiran. “Jika ayah dan ibu bersama-sama, tapi bukan pada masa produktif ibu tersebut dan yang-akan-lahir tidak hadir, maka tidak ada bibit kehidupan yang tertanam. Jika ayah dan ibu bersama-sama, dan itu adalah masa produktif ibu tersebut, tapi yang-akan-lahir tidak hadir, maka bibit kehidupan tidak akan tertanam. Jika ayah dan ibu bersama-sama dan itu adalah masa produktif ibu tersebut dan yang-akan-lahir juga hadir, maka dengan kombinasi ketiganya, bibit kehidupan akan tertanam.� Yang dimaksud dengan yang-akan-lahir tersebut adalah energi kesadaran tersebut dan untuk itu diperlukan suatu kematian. Dengan demikian ketika sel telur dan sel sperma bergabung dan patishandi vinnana hadir, maka kelahiran telah terjadi.
Ada lima kondisi lainnya yang mempengaruhi kehidupan (niyama), yaitu :
1. Utu Niyama.
Berkaitan dengan fisik non-organik, seperti penyebab angin dan hujan, pengurutan keempat musim yang selalu tepat dan perubahan musiman lainnya.
2. Bija Niyama.
Berkaitan dengan fisik organik, seperti beras berasal dari bibit padi, rasa manis berasal dari tebu atau madu dan sebagainya.
3. Kamma Niyama.
Berkaitan dengan sebab akibat dari perbuatan.
4. Dhamma Niyama.
Berkaitan dengan kejadian-kejadian khusus dari alam, seperti energi listrik, gravitasi, gerakan dari pasang surut, gempa dan sebagainya.
5. Citta Niyama.
Berkaitan dengan hukum psikologis, seperti telepati, telesthesia, pertanda dan sebagainya.
Selang Waktu Kelahiran Kembali
Selang waktu antara kematian dan kelahiran kembali hanya berjarak satu waktu-pikir (thought-moment). Pikiran yang terakhir dari satu kehidupan dalam fisik yang sama merupakan pikiran yang pertama dari kehidupan yang baru, yang pada kenyataannya merupakan ‘mini-seri’ yang sama. Kelahiran kembali berlangsung segera setelah kematian terjadi, seperti layaknya gelombang elektromagnetik yang diproyeksikan ke luar angkasa akan diterima dengan segera oleh antena radio. Raja Milinda pernah mempertanyakan hal yang sama kepada Yang Mulia Nagasena: “Jika seseorang meninggal di sini dan akan dilahirkan kembali di Brahma-loka, dan jika seseorang mati di sini dan dilahirkan kembali di Kashmir, siapa yang akan sampai duluan?� Yang Mulia Nagasena mengatakan bahwa keduanya akan sampai pada waktu yang sama, sama halnya dengan bayangan dua ekor burung yang terbang dan kemudian bertengger pada pohon dengan dahan berketinggian berbeda akan terlihat di tanah pada saat yang bersamaan.
Kesimpulan
Yang Mulia Sri Dhammananda menyatakan bahwa dari pandangan Buddhis, kematian merupakan timbul dan tenggelamnya suatu bentuk pikiran. Dengan demikian, dalam hidup manusia sebagai Anwar, Toni dan sebagainya, sebenarnya, telah mengalami banyak kematian dan kelahiran. Hal ini tentu tidak dapat di lihat secara kasat mata, sehingga manusia umumnya menganggap tidak berfungsinya fisik sebagai kematian.
Setiap kematian yang tidak terlepas dari energi nafsu keinginan akan menyebabkan kelahiran kembali. Lingkaran samsara tidak akan berhenti sampai nafsu keinginan untuk mengalami kelahiran terputus, seperti halnya para Buddha dan Arahat.
Dalam proses kelahiran ada lima niyama yang saling mempengaruhi yaitu: Utu Niyama, Bija Niyama, Dhamma Niyama, Kamma Niyama dan Citta Niyama.
Dengan mengerti akan adanya kelahiran kembali, maka diharapkan manusia mengerti bahwa semua manusia dan makhluk lainnya adalah senasib sepenanggungan dalam samudera kehidupan yang penuh dukkha. Semua yang ada dihadapkan ada hukum universal yang sama, prinsip-prinsip kehidupan yang sama, sehingga pada dasarnya kita seperti kakak beradik yang selayaknya berjuang bersama mencapai kebebasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar