Wahai kekasih,,lihatlah aku..
aku hancur karnamu..
Aku pupus olehmu..
Dan kutersenyum menatapmu..
Wahai kekasih,,
aku menangis sambil menggigil..
getar air mata sesaki jiwa..
Aku berjalan sendiri,membawa pisauku yg tak bermata..
Oh kekasih,,
aku hanyut akan ombak ini..
pusaran airnya menjeratku..
Dan aku terperangkap di dalamnya..
Hei kekasih,,
tataplah aku..
lihat air mata kehancuranku..
yang menetes dari retakan hatiku..
Duhai kekasih,,
aku ini adalah lilin..
yg bisa redup diterpa angin..
yg tak bersinar kala cahya datang menyapa..
Kekasih,,
sapalah aku dalam isak tangisku..
Ktika kau balikkan lembar kisahku..
‘Tuk menorehkan pisaumu…
pisaumu terlalu tajam..
Terlalu sakit..dan perih..
pisau itu dingin…
sangat miris di hatiku…
tiap hari aku,
tersenyum dan meratapi…
alunan merdu tangisku..
berharap kau kan mencabut pisaumu..
Tpi semakin kau tusukkan pisau itu…
Kini hatiku pecah berkeping..
dan kututup rapat pintu hatiku..
hanay maafku untukmu..
Namun kau datang mengetuk..
Tak kuasa aku brlindung dlam bayangmu,,
kubuka gerbang yg sekian lama terkunci..
Kau kumpulkan keping-keping hatiku yg berterbaran..
dan kau rekatkan itu..
meski hatiku menyatu…
namun kau pasti tau satu,,
retakkannya pasti kan bersisa…
takkan hilang..
meski kau rekatkan dgn lem apapun…
dalam renungku aku berkata,,
“…akulah insan yg tak dibutuhkan..”
Dengan lirih aku mendesah,,
“…aku jiwa yg kesepian…”
Kini aku menjawab,,
“…aku sama dengan hampa…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar