19 Nov 2009

Cintaku yang masih Gila

Perjalanan tangga-tangga spiritualitas, bersifat indifidual, bebas penghakiman, sangat natural, terpisah dari aturan ritualitas kebahasaan. Memiliki sisi kelam dan terang yang berbeda-beda, tidak dibatasi kapasitas intelektualitas. Namun hanya orang-orang yang khusu-lah yang dapat memasukinya

cinta kepada Allah, selalu mudah jika dibahasakan melalui teori-teori atau interpretasi2 yang pada akhirnya bersifat subjektif, cinta tidak pernah bisa digurui, meski pada awalnya ia berkomunikasi dengan ruang nalar, namun dipenghujung bentuknya, hatilah yang menjadikannya bernama dan bernilai......Pada prosesnya, mungkin siapapun bisa mengatakan aku mencintai Tuhanku, namun itu semu dan terlalu sederhana untuk diberi nilai akhir, kerena hanya Allah semata yang tau kadar penghambaan setiap orang, "apakah hambaKu ini mencintaiKu", atau kau hanya seorang pedagang belaka, dan setiap jiwa, memilki perjalanan sendiri dalam menemukan bentuk cintanya untuk dia sampai kepada Dia (Allah)

Kepak sayap hatiku, sedang menari dan mencari bentuk akan fitrahku kepadMu. MengenalMu adalah ruang hatiku yang tak kuberi pintu untuk siapapun bisa masuk dan mencoba menengahi. Hanya ada Ekau dan aku berhadapan, mencari bentuk utuh sebuah simbol spiritual, hanya tentang Engkau dan Aku.....

Terkadang sisi nalar dan kedirianku, menuntut Engkau berubah wujud, sekedar ingin memuaskan dahaga indraku . Aku lupa, Engkau akan dapat kulihat dengan mata hatiku, jika hatiku telah sujud sepenuhnya kepadaMu, jika berhala-berhala dalam hatiku tak lagi kubiarkan bersaing tempat dengan Mu.

Untuk mengenalMu, telah tertunai segala bentuk tanyaku kepada sang darwish yang berjibaku dengan kebesaran dzikir-dzikir mereka kepadaMu, namun Kau tetap bersembunyi dibalik HijabMu, menciptakan sebuah misteri yang harus kucari, akan makna terdalam bagi Engkau yang menjadi "Tuhanku".

Latif, ketika Engkau telah berubah dari rangkaian teks-teks...berpindah masuk kedalam hatiku yang paling tersembunyi, maka Engkau melebur menjadi wujud yang mudah kupahami oleh nalar kemanusianku. Disaat ribuan sang Darwis berteriak menafsirkan Engkau, dengan untaian kata yang semakin Membuat Kau tersamar dari benakku, Kau hadir dengan bahasa yang mudah kupahami, Kau melemahkan kedirianku yang bergantung pada bentuk, kau hadir dalam kesedihan ketakutan, kebahagiaan, dan ketidak tauanku. Kau hadirkan apa yang terlewatkan oleh mereka, kau menjawab segala tanyaku dengan cara yang langsung sampai ketitik terlemahku, dengan cara yang sangat kontekstual,. Itulah sebagain proses kecil yang ingin ku bagi.

Kini aku temukan, untuk mengetahui Engkau, Tidak lah cukup kubaca ribuan ayat cintaMu, ku baca "tafsir tentang Engkau", dan tak cukup pula ku berta'zim pada mereka yang dengan keilmuan ilmiahnya selangkah mengetahui tentang peranMu. Karena tu semua hanya tentang untuk menjadi tahu, tapi untuk dapat mengenalMu, menghadirkan Engkau dalam hatiku, dapat terjadi jika Hanya Engkau yang berkehendak, dan kehendakMu hanya kepada hati-hati yang dapat memenangkanMu .

MengetahuiNya, mengenalNya,mengakuiNya, dan berserah diri kepadaNya…..semua itu hanyalah sebuah pintu, hanya sebuah awal yang akan menjadi awal dari pencapaian ketinggian ma’rifat, ketinggian yang tak akan sanggup dicapai oleh derajat malaikat, ketinggian yang hanya akan dicapai oleh manusia yang segala keutamaan melebihi makhluk lain yang padanya diberi ruang melebihi sekedar untuk beribadah, ketinggian dan keutamaan karena dalam lipatan waktu yang diberikan, ada perjuangan tarik menarik antara hasrat yang akan membawa kepada gelap atau terang.

Ketinggian itu adalah cinta, cinta yang tumbuh setelah melewati proses pemahaman yang panjang terkadang menyakitkan, bagaikan seekor ulat yang melewati kegelapan dalam kepompongnya demi sapai pada bentuk keindahan yang akan mewarnai gerak kehidupan didunia, cinta yang dimensinya tak akan bisa dipahami oleh ketinggian bahasa apapun.

Cinta yang bertumpu pada wujud yang mendahului, itu hanyalah media bagi manusia untuk menjalankan perannya sebagai pewaris dimuka bumi (sebagai khalifah), namun cinta kepadaNya dan sampai derajat dicintaiNya adalah proses yang tidak bisa diteorisasikan, takbisa didiktekan, takbisa diperbandingkan antara individu satu dengan yang lainnya, hanya antara satu manusia dengan Tuhannya, berhadapan… melalui proses yang melewati batas ruang dan waktu, terkadang tak bisa dipahami nalar kemanusiaan, memiliki wasilah yang berbeda-beda, terkadang sampai pada tujuan, namuan ketika manusia taksanggup mengurai nafsu hewaniahnya,maka mungkin akhirnya hanya sebatas penghambaan yang biasa…atau bagai firaun yang dilimbungkan keponggahan, bersaing dengan kuasaNya, sampai ajal menjadi takdir yang tidak bisa ditawar kebelakang.

MencintaiNya….
ketika aku "merasa", merindukan pertemuan dengan Allah bahkan begitu yakin mencintai Allah, maka yang pertama kali aku lakukan adalah mulai mengukur dan memperbandingkan, kualitas ibadahku (habluminannas/habluminall
ah) dengan Muhammad Rasulullah (yg maha di cintai dan mencintai), dan kutemui diriku begitu jauh dari layak, duh rasanya jika usiaku ... seribu tahun dan dilipat gandakan seribu kali lagi, belumlah cukup rasanya ibadah ini dalam memuliakanNya, rasanya aku akan maluuuuu....untuk memastikan aku merindukan apalagi mencintainYA. Bagiku, mengatakan cinta dan rindu kepadaNya....rasanya seperti hendak melintasi lautan bara...malu...dan takut, malu karena tak sebanding dengan Muhammad kekasihNya, dan takut, takut dipertanyakan,.. " Apakah bukti kau mengatakan mencintai Aku Tuhan-mu?!"....

Berbeda jika cinta dan kerinduan itu kunyatakan pada dia, dia yang tak memiliki daya dan upaya, dia yang keindahannya hanya sebatas pandangan mata dan nafsuku, dia yang hanya sebatas berhala dalam hatiku.

Dan,....ketika aku berasikmansyuk dengan keraguan cinta spiritualku, aku sering kali menemukan "DiriNya", berada disamping isak tangisku, kesendirianku, Ia ada dalam ketakutanku dan kelemahanku. Dan ketika semua berpaling dariku, ia tetap ada untukku. Aku takpernah memahami Ia dalam nalarku yang kecil. Seribu kali kuciptakan bentuk-bentuk dalam benakku Ia selalu hadir dengan dimensiNya sendiri.

Maka mencoba mengenalNya, bagiku adalah proses yang tidak akan ada kata akhir, maka mencoba tetap berdekatan denganNya , melalui kesadaran yang aku coba untuk tetap terjaga…..hingga suatu saat cinta itu akan benar-benar bersemi, cinta yang bukan hanya sebatas spekulasi kata…

Tidak ada komentar: